Pernah Menulis Mimpi Singgah Ke Kota Bogor - Setelah tahu rasanya naik commuterline, akhirnya kaki saya menginjakan diri di stasiun KA Commuter Line Kota
Bogor. Alhamdulillah setelah menginap semalam di OYO Town Hotel, tiba juga di
kota Bogor untuk mengikuti acara Workshop Writerpreneur Accelerate, yang
diadakan oleh Bekraf.
Perjalanan hidup seseorang sulit ditebak
ternyata, tapi semua atas izin-Nya. Pernah suatu sore saya blogwalking di
tempat temen blogger, pas dia mengulas kota Bogor. Pengen juga ih suatu hari ke
sana, maka saya menyematkan keinginan dalam komentar blogwalking semoga ada
rejeki bisa sampai ke sana dan Allah mengabulkannya.
Seni
menulis mimpi
Ada yang suka bermimpi sama kayak saya?
Setiap dari kita pasti memiliki mimpi, bukan mimpi dari bunga tidur yang saya
maksud di sini, tetapi mimpi yang berarti harapan.
Pernah sahabat saya menyuruh untuk
menuliskan mimpi-mimpi saya pada kertas kosong, "Seratus mimpi kamu!"
Ucapnya tegas, yang membuat saya bengong. Serius seratus mimpi? Padahal mimpi
saya bisa dihitung dengan jari.
"Kamu nggak punya mimpi? Kok
bingung?" Dia menatap saya yang kebingungan. Saya nyengir saja, pasti dia
tahu saya tidak memiliki banyak mimpi. "Tulis mimpi kamu, tunggu keajaiban
yang datang suatu hari," lanjutnya lagi dengan meyakinkan kepada saya
mimpi itu akan terpenuhi.
"Nulis mimpi pengen punya motor
boleh?" Tanya saya sangsi, itu termask mimpi bukan ya, tetapi dia
mengangguk.
"Apa saja yang kamu inginkan itu,
mimpi." Kemudian saya urung bertanya, langsung menuliskannya, dan beberapa
tahun kemudian saya punya motor beneran. Sama seperti ketika saya menuliskan
keinginan ingin pergi ke Bogor, Allah kabulkan mimpi saya dengan pasti.
Jadi mulai sekarang, tulislah mimpimu
sebanyak-banyaknya. Siapa tahu Allah mengabulkan dengan segera, apalagi
dibarengi dengan kekuatan doa.
Terima
kasih Bogor telah menyambut dengan hangat
Setelah tiba di stasiun Bogor, saya,
Triana Dewi dan Linda Satibi menunggu sahabat kami satu lagi. Tia. Untuk menuju
ke Royal Padjajaran Hotel, tempat berlangsungnya acara WWA. Setengah jam
menanti, yang ditunggu tiba juga. Tapi kami harus melewati beberapa jalan, dan
tangga untuk keluar dari stasiun Bogor. Ternyata jauh juga, apalagi bawaan
berat cukup menguras energi juga nih hahaha
...
Di stasiun Bogor sendiri ada beberapa
toko yang menjajakan makanan khasnya, ada lapis Bogor dimana bahan dasarnya
talas. Jika kalian main ke Bogor, jangan lupa untuk membawa oleh-oleh khas
Bogor ini. Sayangnya waktu pulang, saya lupa beli. Tetapi Allah punya rencana
lain, bunda Triana memberikan saya dua box lapis bogor yang dibeli di stasiun
Senen. MasyaAllah.
"Asinan, asinan ..." Tawar
banyak penajaja makanan di luar stasiun, kelihatan menggiurkan dan enak. Asinan
Bogor adalah salah satu makanan, yang paling terkenal di Bogor. Nelen ludah
dong ya, antara pengen beli tapi waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 WIB,
dimana acara akan segera dimulai.
Lagi-lagi Allah mengabulkan keinginan
yang saya pendam. Esoknya waktu makan siang, Royal Padjadjaran Hotel,
menyediakan asinan bogor hahaha ... seni merajut mimpi memang tidak ketebak ya?
Yaa allah Nyi daku bacanya terharu. Maha Baik Allah dan segala ketentuanNya. Sehat selalu ya Nyi, dan semoga semakin banyak mimpi yang terwujud
BalasHapusSoal menulis mimpi ini, saya juga melakukannya. 100 mimpi. Yang pertama adalah menikah dan punya anak, gaknlama setelah itu saya benar-bnear menikah dan kini punya anak 2. Mimpi yang lain? Catetannya di komputer, dan komputernya mati total. 😁
BalasHapusBener banget nih mbak, kita memang harus percaya mimpi hehe.. Soalnya kadang apa yang kita pikirkan, bisa terwujud lho! Makanya kita harus selalu berpikiran yang positif yeay!
BalasHapusMimpi mesti ditulis yaa? Pengen coba aah... Hihihi.
BalasHapusEtapi tentu saja dengan tetap berdoa agar Allah mengabulkan dan tentu saja gak berhenti berusaha.